Assalammualaikum Wr Wb

>السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

HAPPY BLOGG

Pages

Senin, 15 April 2013


Okkkk Guys, ladies and gentlement yg Happy sayangi ,, Kali ini saya akan berceloteh tentang Evaluasi Pembelajaran Bidang studi yakni "Tabel Spesifikasi" untuk lebih jelasnya Check it Out !!!!!!


Dalam Pembicaraan mengenai Validitas tes disebutkan bahwa sebuah tes harus memiliki validitas isi dan tingkah laku. Dan memang validitas inilah yang terpenting dalam penyusunan tes prestasi.
Untuk menjaga agar tes yang Kita susun Tidak menyimpang dari bahan (materi) serta aspek kejiwaan (tingkah laku) yang akan dicakup dalam tes,dibuatlah sebuah tabel spesifikasi.
Tabel spesifikasi dapat disebut juga sebagai grid,kisi-kisi atau Blue print. Ujudnya adalah sebuah tabel yang memuat tentang perperincian materi Dan tingkah laku beserta imbangan/proporsi yang dikehendaki oleh penilai. Tiap kotak diisi dengan bilangan yang menunjukkan jumlah soal.
Dalam contoh hanya dicantumkan 3 buah aspek karena yang banyak digunakan disekolah sampai sekarang hanya 3 buah ini (ingatan,pemahaman,Dan aplikasi). Hal ini Tidak berati bahwa pengungkapan aspek lain Tidak diseyogiakan.

Contoh :
TABEL SPESIFIKASI
       Aspek yang Diungkap
Pokok materi
Ingatan
(I)
Pemahaman
(P)
Aplikasi
(A)
Jumlah
Bagian I
Bagian II


Bagian n (terakhir)
Jumlah
              
Tabel Spesifikasi mempunyai kolom Dan baris,sehingga tampak hubungan antara materi dengan aspek yang tergambar dalam indikator. Sebenarnya penyusun tes bukan hanya mengingat hubungan antara dua Hal tersebut tetapi  empat Hal,yaitu hubungan antara materi,indikator,kegiatan belajar,Dan evaluasi.
Keempat Hal,yaitu hubungan antara materi,indikator,kegiatan belajar,Dan evaluasi merupakan kaitan yang erat sekali. Dengan mengenal materi yang akan diajarkan (yang dipilih untuk mencapai Tujuan Kurikuler Dan Tujuan Instruksional Umum), Kita segera tahu bagaimana sifat materi tersebut misalnya fakta,konsep atau hubungan antar konsep. Apabila materinya berupa fakta, tentu indikatornya menyangkut ingatan. Kegiatan belajarnya informasi Dan evaluasi dapat diuraikan,isian singkat,benar-salah atau pilihan ganda Biasa.
Dalam program satuan pelajaran yang dikembangkan oleh Pamantapan Kerja Guru (PKG) dapat diketahui dengan jelas hubungan antara empat komponen tersebut.
Urutannya adalah : indikator,materi,kegiatan belajar mengajar,Dan evaluasi. Ini merupakan urutan yang benar. Memang dalam mengajar harus diketahui terlebih dahulu apa yang akan dicapai. Kemudian ditentukan materi penunjangnya. Apa yang disajikan diatas mengikuti kebiasaan yang Ada dalam praktek. Karena yang tersedia dihadapan guru adalah materi yang tercakup dalam buku,maka barulah dari materi tersebut dirumuskan,khususnya bagi mereka yang belum terbiasa menyusun soal.
Kebiasaan yang salah dan tidak boleh lagi diteruskan adalah dari materi disusun soalnya,baru kemudian dirumuskan indikatornya.
Sebagai contoh kaitan antara indicator, materi, kegiatan belajar mengajar dan evaluasi adalah sebagai berikut .
TIK     : 4.2.2. Siswa dapat menghitung kecepatan benda
Materi  : 4.2.2. Percepatan benda
KBM   : Informasi dan Tanya jawab percepatan
Evaluasi           : 4.2.2. Sebuah benda yang mula-mula diam, massanya 5 kg dan menerima dua buah gaya yang berlawanan dan sama besar masing-masing 10 newton.
Maka percepatannya ialah :
A.    0 m/dt2
B.     0.5 m/dt2
C.     2 m/dt2
D.    4 m/dt2
Dalam beberapa tahun terakhir ini istilah “table spesifikasi atau kisi-kisi” ini mulai luntur dikalangan guru-guru. Sebagai alas an lunturnya adalah munculnya istilah “indikator”. Sebetulnya kita tidak perlu “kagum”, “terharu”, atau “lekas terpengaruh” dengan munculnya istilah-istilah baruyang justru kadang-kadang membuat kita bingung, padahal sebetulnya sama saja. Istilah “indicator” sebetulnya tidak berbeda banyak dengan inti aspek yang dirumuskan dalam Tujuan Instruksional Khusus atau Indikator. Tentu saja berbeda, tetapi dalam aplikasinya tidak jauh berbeda. Oleh karena itu, agar tidak membingungkan pembaca, istilah yang digunakan dalam buku ini tetap “kisi-kisi” atau “table spesifikasi”.

2 Langkah-Langkah Pembuatan

Sebenarnya ada beberapa macam tabel  spesifikasi Macam tabel  ditentukan oleh bidang studi dan homogenitas materi yang akan  diteskan. Satu  hal  yang  sama adalah bahwa langkah pertama yang harus diambil adalah mendaftar pokok-pokok materi yang akan diteskan kemudian memberikan imbangan bobot untuk masing-masing pokok materi.
Contoh;
Akan  mémbuat tes untuk evaluasi. Pokok-pokok materinya adalah:
1. Pengertian                                                   (2)
2. Fungsi Evaluasi                                           (3)
3. Macam-Macam Cara Evaluasi                   (4)
4. Persyaratan Evaluasi                                   (5)
Angka-angka yang tertera di dalam kurung yang dituliskan dibelakang pokok materi, menunjukkan imbangan bobot untuk masing-masing pokok materi. Penentuan imbangan bobot dilakukan olehpenyusun soal berdasarkan atas luasnya materi atau kepentingannya untuk dites. Penentuan imbangan dilakukan atas perkiraan (judgment) saja. Pada waktu menuliskan angka tidak perlu dihitung-hitung bahwa jumlahnya harus 10 karena semuanya akan diubah menjadi angka dalam bentuk persentase.
Dari contoh di atas, maka pokok-pokok materi dapat dipindahkan kedalam tabel dan mengubah indeks menjadi persentase. lnilah merupakan langkah kedua dari pembuatan tabel spesifikasi.
TABEL SPESIFIKASI UNTUK MENYUSUN SOAL EVALUASI
Aspek yang Diungkap




Pokok Materi
Ingatan
Pemahaman
Aplikasi
Jumlah
Pengertian evaluasi (14%)



7
Fungsi evaluasi (21%)



10
Macam-macam cara evaluasi (36%)



18
Persyaratan Evaluasi (29%)



15
Jumlah



50 butir soal

Setelah mcncantumkan pokok-pokok materi yang akan diteskan beserta persentasenya, langkah ketiga adalah memerinci banyaknya butir soal untuk tiap-tiap pokok materi, dan angka ini dituliskah pada kolom paling kanan. Caranya adalah membagi jumlah butir soal (di sini 50 buah) menjadi  4 bagian berdasarkan imbangan bobot yang tertera sebagai persentase. .
Angka 50 ditentukan oleh guru berdasarkan alokasi waktu yang disediakan dan bentuk soal yang akan diberikan.. Dalam contoh ini,misalnya akan disusun tes berbentuk objektifdengan Jumlah 50 butir soal berbentuk pilihan ganda, karena waktu yang disediakan adalah 75 menitt. Sekali lagi di sini diperlukan kebijaksanaan  guru untuk memperkirakan banyaknya butir soal agar tidak terlalu sedikit maupun terlalu banyak.
Sebagai Patokan waktu adalah bahwa sebuah soal tes objektif membutuhkan waktu 1 memt untuk membaca dan menjawabnya sehingga  jika disediakan waktu 75 menit untuk tes dapat disusun butir soal sejumlah :
1. 50 buah bentuk objektif (50 menit).
2. S buah bentuk uraian (25 menit).
ladi banyaknya butir soal sangat ditentukan oleh:
1. waktu yang tersedia,
2. bentuk soal.
Sampai dengan langkah ketiga, cara yang dilalui sama bagi seluruh bidang studi.
Untuk _ langkah-langkah selanjutnya, terdapat langkah khusus,tergantung dari homogenitas atau heterogenitas (keragaman) materi yang diteskan.
a. Untuk Materi yang Seragam
Yang dimaksud dengan “seragam" di sini adalah bahwa antara pokok maferi yang satu dengan pokok materi yang lain mempunyai kesamaan dalam imbangan aspek tingkah laku. Misalnya 50% untuk ingatan, 30% untuk pemahaman, dan 20% untuk aplikasi. Apabila demikian halnya, maka angka persentase dapat dituliskan pada kolom, di bawah kata- kata "lngatan", "Pemahaman", dan "Aplikasi". Selanjutnya banyak butir soal untuk setiap sel (kotak kecil) diperoleh dengan Cara menghitung persentase dari banyaknya soal bagi tiap pokok materi yang sudan tertulis di kolom paling kanan. Perlu diperhatikan bahwa angka yang diperoleh untuk setiap sel merupakan pembulatan dari perhitungan dengan cara mereka-reka atau menggeser-gesernya sehingga jumlah -ke samping dan ke bawah diperoleh angka benar.
Contoh :
TABEL SPESIFIKASI PENYUSUNAN TES EVALUASI
Pokok Materi
Aspek yang Diungkap
Ingatan (50%)
Pemahaman (30%)
Aplikasi (20%)
Jumlah (100%)
Pengertian evaluasi (14%)
(A)
(B)
(C)
7
Fungsi evaluasi (21%)
(D)
(E)
(F)
10
Macam-macam cara evaluasi (36%)
(G)
(H)
(I)
18
Persyaratan Evaluasi (29%)
(J)
(K)
(L)
15
Jumlah



50

Untuk mengisi/menentukan banyak butir soal untuk tiap sel dilakukan demikian
Sel A = 50 % x 7 soal = 3,5 (4 soal)
Sel B = 30%  x 7 soal = 2,1 (2 soal)
Sel C = 20%  x 7 soal = 1,4 (1 soal)
Untuk memgisi sel-sel yang lain, dilakukan dengan cara yang sama seperti hal nya mengisi sel A, B, dan C.
Catatan :
Disamping menggunakan cara seperti diatas, dalam menentukan jumlah butir soal untuk tiap-tiap pokok materi, ada lagi cara lain yang dapat diambil yaitu mulai dari pengisian sel-sel kemudian baru diperoleh jumlah soal tiap pokok materi.
Contoh :
TABEL SPESIFIKASI PENYUSUNAN TES IPS
Aspek yang diukur
Pokok materi
Ingatan
(50%)
Pemahaman
(30%)
Aplikasi
(20%)
Jumlah
(100%)
Bab 1 (40%)
(A)
(B)
(C)
Bab 2 (30%)
(D)
(E)
(F)
Bab 3 (30%)
(G)
(H)
(I)
Jumlah (100%)
40

Misalnya berdasarkan waktu yang telah djtentukan, diperkirakan akan disusun 40 buah butir soal. Maka tiap sel diperoleh imbangan jumlah sebagai berikut:
Sel A =  50% X 40% X 40 soal = 8 soal
Sel B = 30% X 40% X 40 soal = 4.8 soal (dibulatkan 5 soal)
Sel C = 20% X 40% X40 soal = 3,2 soal (dibulatkan 3 soal)
Sel D = 50% X 30% X 40 soal = 6 soal
Demikian seterusnya setelah dihitung  dengan cara yang sama terdapatlah angka-angka yang menggambarkan banyaknya soal seperti tercantum pada tiap aspek.  Sesudah ltu baru dijumlahkan ke kanan maupun ke bawah sehingga terdapat jumlah soal untuk setiap bagian/pokuk materi maupun untuk setiap aspek tingkah laku,
Dengan demikian maka label s|pesifikasi penyusunan tes IPS tersebut akan terisi seperti dibawah ini.
Aspek yang diungkap
Pokok materi
Ingatan
(50%)
Pemahaman
(30%)
Aplikasi
(20%)
Jumlah
Bab 1 (40%)
(A) 8
(B) 5
(C) 3
16
Bab 2 (30%)
(D) 6
(E) 4
(F) 2
12
Bab 3 (30%)
(G) 6
(H) 4
(I) 2
12
Jumlah (100%)
40

b. Untuk Materi yang Tidak Seragam
Apa yang telah dijelaskan adalah pembuatan kisi-kisi (label spesifikasfl untuk materi yang seragam dalam arti, seragam dalam imbangan tingkah laku.
Adakaianya pokok-pokok materi dalam satu bulan hanya mencakup satu aspek tingkah laku saja, yakni ingatan saja. Misalnya. suku-suku bangsa yang ada di Indonesia. Adanya suku-suku bangsa tersebut hanya dapat dihafalkan, tanpa perlu dipahami, apalagi  diaplikasikan. Dalam keadaan demikian maka yang isi hanya kolom ingatan.
Dalam keadaan lain misalnya hal osmose dan difusi, hanya dapatdipahami dan diaplikasikan, sebaiknya tidak dihafalkan
Untuk membuat tabel spesifikasi pokok-pokok materi yang tidak seragam, tidak perlu mencantumkan angka persentase imbangan tingkah laku di kepala kolom. Pemberlan lmbangan dilakukan tiap pokok materi dldasarkanatas banyaknya soal untuk pokok materi dan imbangan yang dikehendaki oleh penilai menurut sifat pokok materi yang bersangkutan.
TABEL SPESIFIKASI UNTUK PENYUSUNAN TES EVALUASI
       Aspek yang Diungkap
Pokok materi
Ingatan
(50%)
Pemahaman
(30%)
Aplikasi
(20%)
Jumlah
Bab 1 (25%)
(A)
(B)
(C)
10
Bab 2 (40%)
(D)
(E)
(F)
16
Bab 3 (35%)
(G)
(H)
(I)
14
Jumlah (100%)
40

Dalam keadaan seperti dicontohkan, misalnya:
Bab 1 mayoritas hafalan.
Bab 2 mayoritas pemahaman.
Bab 3 mayoritas aplikasi.
Maka imbangan aspek tingkah laku, tidak dapat dituliskan pada kepala kolom. Penentuan angka yang menupjukkan banyaknya butir soal pada tiap sel, ditentukan perbab.
Contoh:
Untuk Bab 1, lngatan 60%, pemahaman 30%, untuk aplikasi 10%, maka:
1)      Sel A = 60% X 10 soal = 6 soal
2)      Sel B = 30% X 10 soal = 3 soal
3)      Sel C = 10% X 10 soal = 1 soal
Untuk Bab 2, lngatan 20% Pemahaman 50%, untuk aplikasi 30%, maka;
1)      Sel D = 20% X 16 soal = 3 soal
2)      Sel E = 50% X 16 soal = 8 soal
3)      Sel F = 30% X 16 soal = 5 soal
Untuk Bab 3, lngatan 20%. pemahaman 20%, untuk aplikasi 60%. maka:
1)      Sel G = 20% X 14 soal = 5 soal
2)      Sel H = 20% X 14 soal = 5 soal
3)      Sel I   = 60% X 14 soal = 5 soal
Dengan pengetahuan 2 cara, atau bahkan 3 cara, maka pada waktu akan membuat tabel spesifikasi pertama-tama harus diadakan perkiraan (judgment) apakah materi-materi yang akan diteskan merupakan materi yang homogen atau bukan.
Apabila tabel spesifikasi sudah jadi. maka ini berarti bahwa guru sudah melakukan sesuatu tugas betul dan aman di dalam rangkaian tugas menyusun tes. Penyusunan tes yang disertai dengan melalui tabel spesifikasi dapat dijamin bahwa tesnya cukup mempunyai validitas isi dan validitas tingkah laku.
Adakalanya guru memperoleh blmbingan dalam menyusun soal tes. Agar Pembimbmgan dapat bellangsung Secara efektif sebaiknya dalam mengisi sel-sel tabel spesifikasi, dltuhskan  sekaligus unsur-unsur item bagi sel yang bersangkutan, misalnya sebagai berikut:
       Aspek yang Diungkap
Pokok materi
Ingatan
(I)
Pemahaman
(P)
Aplikasi
(A)
Jumlah
Bab 1 (25%)
(6)
1,2,6,7,8,10
(3)
3,4,9
(1)
5
10
Bab 2 (40%)
(3)
11,18,22
(8)
12,13,14,15,
19,20,23,24
(9)
16,17,21,
25,26
16
Bab 3 (35%)
(3)
27,32,26
(3)
28,33,37
(8)
29,30,31,34,
35,38,39,40
14
Jumlah (100%)
12
14
14
40

Dengan dicantumkannya nomor-nomor item tersebut pembimbing dapat menelusuri sesuatu rumusan item kembali pada kisi-kisi. Misalnya, untuk item nomor 16 menurut, kehendak penulis soal, item tersebut mengukur aplikasi. Oleh pembimbing ditelaah rumusan kalimat dan isinya. Sangat mungkin ternyata item tersebut hanya mengungkap ingatan saja. Memang demikianlah menurut pengalaman penulis buku ini dalam memberikan bimbingan kepada para guru maupun mahasiswa. Paling mudah adalah membuat item yang mengukur aspek ingatan.
Pada waktu ini ada  kecenderungan di dalam dunia pendidikan tidak menggunakan pendekatan aspek-aspek ini lagi tetapi “indikator". Kecenderungan baru tersebut tidak berarti menyalahkan yang lama, tetapi menyempurnakannya. Demikianlah perkcmbangan ilmu pengetahuan, selalu mencari kesempurnaan. Pendekatan dengan “indikat0r" tidak jauh berbeda dengan pendekatan "aspek". Dalam kesempatan lain akan dimasukkan juga ke dalam buku


Dua langkah lagi sebagai tindak lanjut sesudah menyusun tabel spesifikasi untuk memperoleh seperangkat soal tes. Dua langkah tersebut adalah: menentukan bentuk soal dan menuliskan snal-soal tes.
a. Menentukan Bentuk Soal
Dalam pengalaman yang diperoleh sehari-hari dapat diketahui adanya bermacam-macam bentuk soal tes, dengan kebaikan dan keburukan masing-masing. Dengan keterangan tentang bagaimana cara mengatasi keburukan atau kekurangan tiap bentuk, maka kita dapat mengambil berbagai bentuk.
Ada dua hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan bentuk soal. yaitu:
1) waktu yang tersedia,
2) sifat materi yang dites.
Sebagai pertimbangan menentukan bentuk soal sehubungan dengan waktu yang tersedia adalah bahwa soal bentuk betul-salah membutuhkan waktu lebih singkat daripada isian atau pilihan ganda. Bentuk menjodohkan adalah bentuk yang memerlukan waktu banyak untuk menyelesaikan. Yang perlu mendapat perhatian adalah soal bentuk uraian. Soal bentuk ini paling banyak memakan waktu walaupun maslh perlu diperinci lagi bahwa soal yang menghendaki siswa untuk menguraikan, tentu saja lebih banyak memakan waktu dibandingkan dcngan pertanyaan "mengapa."
Sifat materi, sangat menentukan bentuk soal tes pula. Adakalanya scbuah pokok materi tidak dapat diukur dengan soal bentuk pilihan ganda karena sukar dicarikan alternatif yang hamplr sama
Materi yang berisikan fakta-fakta. lebih mudah dibuatkan alat  pengukur bentuk isian singkat. Materi-materi yang yang dapat diukur dengan soal bentuk menjodohkan.
Perlu diingat lagi keuntungan dan kerugian dalam menggunakan soal bentuk objektifdan bentuk uraian, untuk menentukan bentuk soal ini.
Sebelum kita menentukan bentuk soal tes, terlebih dahulu kita harus sudah mengetahui berapa lama alokasi waktu yang disediakan untuk mengerjakan tes. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan alokasi waktu tes adalah:
1)      Untuk tes formatif dari bahan diselesaikan dalam waktu 4-5 kali pertemuan (@  45 menit) kira-kira memerlukan 15-20 menit, sedangkan untuk pelajaran yang berlangsung selama 1 jam pelajaran memerlukan waktu kira-kira 5-10 menit.
2)      Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan soal bentuk objektif pilihan ganda kira-kira1/2 -1 menit untuk setiap butir tes (untuk pilihan ganda sederhana benar-salah barangkali dapat lebih singkat).
3)      Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan soal bentuk uraian tergantung dari berapa lama siswa harus berpikir dan menuliskan jawaban.
Untuk menentukan bentuk soal ditinjau dari segi aspek berpikir adalah sebagai berikut:
1)      Mendaftar fakta-fakta, istilah, definisi yang terdapat dalam seluruh materi yang diajarkan. Kita ketahui bahwa fakta dan sebagainya ini berhubungan dengan aspek ingatan.
2)      Mendaftar setiap konsep (pengertian) yang tercakup dalam seluruh materi.
Konsep ini diukur penguasaannya berdasarkan aspek pemahaman siswa.
3)      Mencari hubungan antara dua atau beberapa konsep yang ada. Hubungan
konsep ini berhubungan dengan aspek pemahaman tetapim dapat juga aplikasi.
4)      Mempertentangkan konsep-konsep, menggeneralisasikan, dan menghubungkankonsep dengan masalah kehidupan sehari-hari. Hal ini berhubungan dengan aspek aplikasi.
5)      Memilih hubungan antara beberapa konsep dalam penerapan kedalam
permasalahan yang Iebih Iuas. Kasus permasalahan yang luas dapat diangkat sebagai pokok untuk menyusun soal bentuk analisis,sintesis, atau evaluasi.
     Yang baru saja diterangkan adalah bentuk-bentuk soal ditinjau dari aspek yang diukur.
Untuk menentukan bentuk soal ditinjau dari segi konstruksi soal, yaitu bentuk objektif dan uraian, maka dapat dilakukan sebagai berikut:
1)      Memilih fakta-fakta tunggal seperti: tahun, nama, atau isti!ah. Hal-hal seperti ini merupakan bagian yang paling tepat untuk dijadikan butir soal bentuk benar-salah (B-S) ataupun isian singkat.
2)      Hubungan konsep-konsep yang berupa klasifikasi dan diferensiasi ditentukan untuk membuat soal bentuk pilihan ganda (multiple choice). Definisi atau hubungan sebab-akibat, merupakan bahan yang dapat diuji dengan bentuk benar-salah, pilihan ganda ataupun hubungan antarhal (dua pernyataan yang dihubunglfan dengan kata “sebab").
3)      Memilih konsep-konsep yang agak kompleks sifatnya, untuk dijadikan soal bentuk uraian.
Dengan pertimbangan butir soal ditinjau dari aspek yang diukur dan bentuknya, kita akan tahu bahwa antara keduanya terdapat perkaitan. Bentuk "Hubungan Antarhal" tidak tepat digunakan untuk mengukur aspek ingatan, tetapi aspek pemahaman ke atas
b. Menuliskan Soal-Soal Tes
Langkah terakhir dari penyusunan tes adalah menuliskan soal-soal tes (item writing).   Walaupun tampaknya tinggal satu langkah,akan tetapi langkah ini merupakan langkah penting karena  kegaoalan dalam hal ini dapat berakibat fatal. Hal-hal yang harus diperhatikan :
1)      Bahasanya harus sederhana dan mudah dipahami. Perlu diingat sekali lagi bahwa kesalahan dalam memilih kalimat dapat berakibat tidak validnya sebuah tes. Untuk mengukur pencapaian atau prestasi belajar : faktor bahasa tidak boleh menjadikan hambatan penyelesaian soal.
2)      Suatu soal tidak boleh mengandung penafsiran ganda atau membingungkan.
3)      Cara memenggal kalimat atau meletakkan/menata kata-kataperlu diperhatikan agar tidak ditafsirkan salah. Dalam  Matematika misalnya, penulisan pangkat maupun indeks harus diusahakan pada tempat yang semestinya.
4)      Petunjuk mengerjakan. Walaupun kadang-kadang siswa sudah biasa  melihat bentuk-bentuk soal yang dijumpai, namun petunjuk mengerjakan tiap kelompok soal merupakan hal yang penting dan tidak boleh diabaikan. Petunjuk ini harus dituliskan sedemikian rupa sehingga jelas, dan siswa tidak bekerja menyimpang dari yang dikehendaki oleh guru.
Catatan:
Untuk memperoleh sebuah tes yang terstandar, harus dilakukan uji coba (tryout) berkali-kali sehingga diperoleh soal-soal yang baik. Dengan mengadakan uji coba terhadap soal-soal tes yang sudah disusun. paling tidak dapat ditarik manfaat-manfaat sebagai berikut:
1) Pengalaman menggunakan tes tersebut.
2) Mengetahui kesukaran bahasa.
3) Mengetahui variasi jawaban siswa.
4) Mengetahui waktu yang dibutuhkan
5) Dan lain-lain kesulitan.
Uji coba yang sesungguhnya dilakukan oleh para penyusun tes terstandar sehingga kondisi bagi tes tersebut sudah diketahui dengan pasti. Hal ini tidak berarti bahwa bagi guru tidak dimungkinkan melaksanakan uji coba. Sebetulnya kondisi tes yang menyangkut keadaan siswa dan suasan akelas sudah dikenal oleh guru. terutama oleh guru yang mengajar suatu tingkat kelas berturut-turut beberapa tahun.
Masukan siswa yang dihadapi sudah dikenal. Rata-rata kepandaian anak sudah dapat diperkirakan sebelumnya.
Guru yang baik selalu akan meningkatkan mutu tes yang digunakan.Oleh karena menyusun tes itu sukar maka mereka disarankan untuk mengumpulkan soa!-soal tesnya, dan disertai dengan catatan-catatan mengenai butir-butir mana yang terlalu mudah, terlalu sukar, atau membingungkan. Dengan cara demikian maka keterampilan guru dalam menyusun tes akan meningkat, dan akan diperoleh sekumpulan tes yang mutunya bukan lagi yang paling bawah.
Tes merupakan suatu alat untuk mengukur sesuatu. Alat ukur tersebut dengan sendirinya harus sedemikian keadaannya sehingga memberikan gambaran hasil seperti yang diharapkan.
Evaluasi selalu harus sejalan dengan materi yang diajarkan. Di sekolah dasar banyak hal-hal yang bersifat hafalan yang diajarkan. Di sekolah Ianjutan tingkat pertama, lebih banyak pemahaman dibandingkan hafalannya. Di sekolah lanjutan tingkatatas beralih ke hal-hal yang sifatnya analitik-sintetik dan problematik. lni semua berakibat pada aspek-aspek evaluasinya, yaitu bahwa makin ke tingkat atas pendidikannya, aspek yang diukur mengarah ke kognitif tingkat tinggi. studi memiliki sifat dan karakteristik
Berhubung setiap bidang studi memiliki karakter sendiri-sendiri maka persentase yang menggambarkan aspek yang diungkap tidak mungkin diseragamkan. Berikut ini disajikan satu tabel yang menggambarkan alokasi persen setiap aspek untuk berbagai bidang studi.
Contoh  ini diambl dari Pedoman Penyusunan Tes Sumatif di Proyek Perintis Sekolah Pembangunan. Yang mungkin saja dapat dijadikan pedoman dalam menyusun tes yang sejenis.


KOMPOSISI ASPEK YANG DIUNGKAP DALAM MENYUSUN TES SUMATIF UNTUK TIAP BIDANG STUDI
(dalam 100%)
Aspek yang diungkap

Pokok Materi
Ingatan
(%)
Pemahaman
(%)
Aplikasi
(%)
Jumlah (100%)
MATEMATIKA
SD
50
30
20
100
SMP
40
30
30
100
SMA
40
30
30
100
ILMU PENGETAHUAN
SD
60
30
10
100
SMP
50
35
15
100
SMA
40
40
20
100
PENDIDIKAN MORAL PANCASILA
SD
60
25
15
100
SMP
50
35
20
100
SMA
40
35
25
100
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
SD
65
25
10
100
SMP
55
30
15
100
SMA
45
35
20
100
BAHASA INGGRIS *)
SMP
25
50
25
100
SMA
25
50
25
100
BAHASA INDONESIA
SD
40
35
25
100
SMP
25
40
35
100
SMA
20
50
30
100
*) Untuk Bahasa Inggris
a. catatan yang dimaksud dengan “ingatan” adalah vocabulary idiomatic expression.
b. pemahaman adalah structure dan comprehension
c. Aplikasi adalah kemampuan menjawab pertanyaan dalam bentuk essay dan kemampuan translation



SUMBER :

Arikunto Suharsimi, 2008, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jilid II Jakarta:
Bumi Aksara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar