Okkkk Guys, ladies and gentlement yg Happy sayangi ,, Kali ini saya akan berceloteh tentang Evaluasi Pembelajaran Bidang studi yakni "Tabel Spesifikasi" untuk lebih jelasnya Check it Out !!!!!!
Dalam Pembicaraan mengenai Validitas
tes disebutkan bahwa sebuah tes harus memiliki validitas isi dan tingkah laku.
Dan memang validitas inilah yang terpenting dalam penyusunan tes prestasi.
Untuk menjaga agar tes yang Kita
susun Tidak menyimpang dari bahan (materi) serta aspek kejiwaan (tingkah laku)
yang akan dicakup dalam tes,dibuatlah sebuah tabel spesifikasi.
Tabel spesifikasi dapat disebut juga
sebagai grid,kisi-kisi atau Blue print. Ujudnya adalah sebuah tabel yang memuat
tentang perperincian materi Dan tingkah laku beserta imbangan/proporsi yang
dikehendaki oleh penilai. Tiap kotak diisi dengan bilangan yang menunjukkan
jumlah soal.
Dalam contoh hanya dicantumkan 3
buah aspek karena yang banyak digunakan disekolah sampai sekarang hanya 3 buah
ini (ingatan,pemahaman,Dan aplikasi). Hal ini Tidak berati bahwa pengungkapan
aspek lain Tidak diseyogiakan.
Contoh
:
TABEL SPESIFIKASI
Aspek yang Diungkap
|
||||
Pokok
materi
|
Ingatan
(I)
|
Pemahaman
(P)
|
Aplikasi
(A)
|
Jumlah
|
Bagian
I
|
…
|
…
|
…
|
…
|
Bagian
II
|
…
|
…
|
…
|
…
|
Bagian
n (terakhir)
|
…
|
…
|
…
|
…
|
Jumlah
|
…
|
…
|
…
|
…
|
Tabel Spesifikasi mempunyai kolom
Dan baris,sehingga tampak hubungan antara materi dengan aspek yang tergambar
dalam indikator. Sebenarnya penyusun tes bukan hanya mengingat hubungan antara
dua Hal tersebut tetapi empat Hal,yaitu
hubungan antara materi,indikator,kegiatan belajar,Dan evaluasi.
Keempat Hal,yaitu hubungan antara
materi,indikator,kegiatan belajar,Dan evaluasi merupakan kaitan yang erat
sekali. Dengan mengenal materi yang akan diajarkan (yang dipilih untuk mencapai
Tujuan Kurikuler Dan Tujuan Instruksional Umum), Kita segera tahu bagaimana
sifat materi tersebut misalnya fakta,konsep atau hubungan antar konsep. Apabila
materinya berupa fakta, tentu indikatornya menyangkut ingatan. Kegiatan belajarnya
informasi Dan evaluasi dapat diuraikan,isian singkat,benar-salah atau pilihan
ganda Biasa.
Dalam program satuan pelajaran yang
dikembangkan oleh Pamantapan Kerja Guru (PKG) dapat diketahui dengan jelas
hubungan antara empat komponen tersebut.
Urutannya adalah :
indikator,materi,kegiatan belajar mengajar,Dan evaluasi. Ini merupakan urutan
yang benar. Memang dalam mengajar harus diketahui terlebih dahulu apa yang akan
dicapai. Kemudian ditentukan materi penunjangnya. Apa yang disajikan diatas
mengikuti kebiasaan yang Ada dalam praktek. Karena yang tersedia dihadapan guru
adalah materi yang tercakup dalam buku,maka barulah dari materi tersebut
dirumuskan,khususnya bagi mereka yang belum terbiasa menyusun soal.
Kebiasaan yang salah dan tidak boleh
lagi diteruskan adalah dari materi disusun soalnya,baru kemudian dirumuskan
indikatornya.
Sebagai contoh kaitan antara
indicator, materi, kegiatan belajar mengajar dan evaluasi adalah sebagai
berikut .
TIK : 4.2.2. Siswa dapat menghitung kecepatan
benda
Materi : 4.2.2. Percepatan benda
KBM : Informasi dan Tanya jawab percepatan
Evaluasi : 4.2.2. Sebuah benda yang mula-mula
diam, massanya 5 kg dan menerima dua buah gaya yang berlawanan dan sama besar
masing-masing 10 newton.
Maka
percepatannya ialah :
A.
0 m/dt2
B.
0.5 m/dt2
C.
2 m/dt2
D.
4 m/dt2
Dalam beberapa tahun terakhir ini istilah “table spesifikasi atau
kisi-kisi” ini mulai luntur dikalangan guru-guru. Sebagai alas an lunturnya
adalah munculnya istilah “indikator”. Sebetulnya kita tidak perlu “kagum”,
“terharu”, atau “lekas terpengaruh” dengan munculnya istilah-istilah baruyang
justru kadang-kadang membuat kita bingung, padahal sebetulnya sama saja.
Istilah “indicator” sebetulnya tidak berbeda banyak dengan inti aspek yang
dirumuskan dalam Tujuan Instruksional Khusus atau Indikator. Tentu saja
berbeda, tetapi dalam aplikasinya tidak jauh berbeda. Oleh karena itu, agar
tidak membingungkan pembaca, istilah yang digunakan dalam buku ini tetap
“kisi-kisi” atau “table spesifikasi”.
2 Langkah-Langkah Pembuatan
Sebenarnya ada beberapa macam tabel spesifikasi Macam tabel ditentukan oleh bidang studi dan homogenitas
materi yang akan diteskan. Satu hal
yang sama adalah bahwa langkah
pertama yang harus diambil adalah mendaftar pokok-pokok materi yang akan
diteskan kemudian memberikan imbangan bobot untuk masing-masing pokok materi.
Contoh;
Akan mémbuat tes untuk evaluasi. Pokok-pokok
materinya adalah:
1.
Pengertian (2)
2.
Fungsi Evaluasi (3)
3.
Macam-Macam Cara Evaluasi (4)
4.
Persyaratan Evaluasi (5)
Angka-angka yang tertera di dalam
kurung yang dituliskan dibelakang pokok materi, menunjukkan imbangan bobot
untuk masing-masing pokok materi. Penentuan imbangan bobot dilakukan olehpenyusun
soal berdasarkan atas luasnya materi atau kepentingannya untuk dites. Penentuan
imbangan dilakukan atas perkiraan (judgment) saja. Pada waktu menuliskan
angka tidak perlu dihitung-hitung bahwa jumlahnya harus 10 karena semuanya akan
diubah menjadi angka dalam bentuk persentase.
Dari contoh di atas, maka
pokok-pokok materi dapat dipindahkan kedalam tabel dan mengubah indeks menjadi
persentase. lnilah merupakan langkah kedua dari pembuatan tabel spesifikasi.
TABEL
SPESIFIKASI UNTUK MENYUSUN SOAL EVALUASI
Aspek yang Diungkap
|
||||
Pokok Materi
|
Ingatan
|
Pemahaman
|
Aplikasi
|
Jumlah
|
Pengertian evaluasi (14%)
|
7
|
|||
Fungsi evaluasi (21%)
|
10
|
|||
Macam-macam cara evaluasi (36%)
|
18
|
|||
Persyaratan Evaluasi (29%)
|
15
|
|||
Jumlah
|
50 butir soal
|
Setelah mcncantumkan pokok-pokok
materi yang akan diteskan beserta persentasenya, langkah ketiga adalah
memerinci banyaknya butir soal untuk tiap-tiap pokok materi, dan angka ini
dituliskah pada kolom paling kanan. Caranya adalah membagi jumlah butir soal
(di sini 50 buah) menjadi 4 bagian
berdasarkan imbangan bobot yang tertera sebagai persentase. .
Angka 50 ditentukan oleh guru
berdasarkan alokasi waktu yang disediakan dan bentuk soal yang akan diberikan..
Dalam contoh ini,misalnya akan disusun tes berbentuk objektifdengan Jumlah 50
butir soal berbentuk pilihan ganda, karena waktu yang disediakan adalah 75
menitt. Sekali lagi di sini diperlukan kebijaksanaan guru untuk memperkirakan banyaknya butir soal
agar tidak terlalu sedikit maupun terlalu banyak.
Sebagai Patokan waktu adalah bahwa
sebuah soal tes objektif membutuhkan waktu 1 memt untuk membaca dan menjawabnya
sehingga jika disediakan waktu 75 menit
untuk tes dapat disusun butir soal sejumlah :
1.
50 buah bentuk objektif (50 menit).
2. S
buah bentuk uraian (25 menit).
ladi
banyaknya butir soal sangat ditentukan oleh:
1.
waktu yang tersedia,
2.
bentuk soal.
Sampai dengan langkah ketiga, cara yang dilalui sama bagi seluruh bidang
studi.
Untuk _ langkah-langkah selanjutnya, terdapat langkah khusus,tergantung
dari homogenitas atau heterogenitas (keragaman) materi yang diteskan.
a. Untuk Materi yang Seragam
Yang
dimaksud dengan “seragam" di sini adalah bahwa antara pokok maferi yang
satu dengan pokok materi yang lain mempunyai kesamaan dalam imbangan aspek
tingkah laku. Misalnya 50% untuk ingatan, 30% untuk pemahaman, dan 20% untuk
aplikasi. Apabila demikian halnya, maka angka persentase dapat dituliskan pada
kolom, di bawah kata- kata "lngatan", "Pemahaman", dan
"Aplikasi". Selanjutnya banyak butir soal untuk setiap sel (kotak
kecil) diperoleh dengan Cara menghitung persentase dari banyaknya soal bagi
tiap pokok materi yang sudan tertulis di kolom paling kanan. Perlu diperhatikan
bahwa angka yang diperoleh untuk setiap sel merupakan pembulatan dari perhitungan
dengan cara mereka-reka atau menggeser-gesernya sehingga jumlah -ke samping dan
ke bawah diperoleh angka benar.
Contoh :
TABEL SPESIFIKASI PENYUSUNAN TES EVALUASI
Pokok
Materi
|
Aspek
yang Diungkap
|
|||
Ingatan
(50%)
|
Pemahaman
(30%)
|
Aplikasi
(20%)
|
Jumlah
(100%)
|
|
Pengertian evaluasi (14%)
|
(A)
|
(B)
|
(C)
|
7
|
Fungsi evaluasi (21%)
|
(D)
|
(E)
|
(F)
|
10
|
Macam-macam cara evaluasi (36%)
|
(G)
|
(H)
|
(I)
|
18
|
Persyaratan Evaluasi (29%)
|
(J)
|
(K)
|
(L)
|
15
|
Jumlah
|
50
|
Untuk mengisi/menentukan banyak butir soal untuk tiap sel dilakukan
demikian
Sel A = 50 % x 7
soal = 3,5 (4 soal)
Sel B = 30% x
7 soal = 2,1 (2 soal)
Sel C = 20% x
7 soal = 1,4 (1 soal)
Untuk memgisi
sel-sel yang lain, dilakukan dengan cara yang sama seperti hal nya mengisi sel
A, B, dan C.
Catatan :
Disamping
menggunakan cara seperti diatas, dalam menentukan jumlah butir soal untuk
tiap-tiap pokok materi, ada lagi cara lain yang dapat diambil yaitu mulai dari
pengisian sel-sel kemudian baru diperoleh jumlah soal tiap pokok materi.
Contoh :
TABEL SPESIFIKASI PENYUSUNAN TES IPS
Aspek
yang diukur
|
||||
Pokok
materi
|
Ingatan
(50%)
|
Pemahaman
(30%)
|
Aplikasi
(20%)
|
Jumlah
(100%)
|
Bab 1
(40%)
|
(A)
|
(B)
|
(C)
|
|
Bab 2
(30%)
|
(D)
|
(E)
|
(F)
|
|
Bab 3
(30%)
|
(G)
|
(H)
|
(I)
|
|
Jumlah
(100%)
|
40
|
Misalnya berdasarkan waktu yang telah djtentukan, diperkirakan akan
disusun 40 buah butir soal. Maka tiap sel diperoleh imbangan jumlah sebagai
berikut:
Sel
A = 50% X 40% X 40 soal = 8 soal
Sel
B = 30% X 40% X 40 soal = 4.8 soal (dibulatkan 5 soal)
Sel
C = 20% X 40% X40 soal = 3,2 soal (dibulatkan 3 soal)
Sel
D = 50% X 30% X 40 soal = 6 soal
Demikian seterusnya setelah dihitung dengan cara yang sama terdapatlah angka-angka
yang menggambarkan banyaknya soal seperti tercantum pada tiap aspek. Sesudah ltu baru dijumlahkan ke kanan maupun
ke bawah sehingga terdapat jumlah soal untuk setiap bagian/pokuk materi maupun
untuk setiap aspek tingkah laku,
Dengan demikian maka label s|pesifikasi penyusunan tes IPS tersebut
akan terisi seperti dibawah ini.
Aspek
yang diungkap
|
||||
Pokok
materi
|
Ingatan
(50%)
|
Pemahaman
(30%)
|
Aplikasi
(20%)
|
Jumlah
|
Bab 1
(40%)
|
(A) 8
|
(B) 5
|
(C) 3
|
16
|
Bab 2
(30%)
|
(D) 6
|
(E) 4
|
(F) 2
|
12
|
Bab 3
(30%)
|
(G) 6
|
(H) 4
|
(I) 2
|
12
|
Jumlah
(100%)
|
40
|
b. Untuk Materi yang Tidak Seragam
Apa yang telah dijelaskan adalah pembuatan kisi-kisi (label
spesifikasfl untuk materi yang seragam dalam arti, seragam dalam imbangan tingkah
laku.
Adakaianya pokok-pokok materi dalam satu bulan hanya mencakup satu
aspek tingkah laku saja, yakni ingatan saja. Misalnya. suku-suku bangsa yang
ada di Indonesia. Adanya suku-suku bangsa tersebut hanya dapat dihafalkan,
tanpa perlu dipahami, apalagi
diaplikasikan. Dalam keadaan demikian maka yang isi hanya kolom ingatan.
Dalam keadaan lain misalnya hal osmose dan difusi, hanya
dapatdipahami dan diaplikasikan, sebaiknya tidak dihafalkan
Untuk membuat tabel spesifikasi pokok-pokok materi yang tidak
seragam, tidak perlu mencantumkan angka persentase imbangan tingkah laku di
kepala kolom. Pemberlan lmbangan dilakukan tiap pokok materi dldasarkanatas
banyaknya soal untuk pokok materi dan imbangan yang dikehendaki oleh penilai
menurut sifat pokok materi yang bersangkutan.
TABEL SPESIFIKASI UNTUK PENYUSUNAN TES EVALUASI
Aspek yang Diungkap
|
||||
Pokok
materi
|
Ingatan
(50%)
|
Pemahaman
(30%)
|
Aplikasi
(20%)
|
Jumlah
|
Bab 1
(25%)
|
(A)
|
(B)
|
(C)
|
10
|
Bab 2
(40%)
|
(D)
|
(E)
|
(F)
|
16
|
Bab 3
(35%)
|
(G)
|
(H)
|
(I)
|
14
|
Jumlah
(100%)
|
40
|
Dalam
keadaan seperti dicontohkan, misalnya:
Bab
1 mayoritas hafalan.
Bab
2 mayoritas pemahaman.
Bab
3 mayoritas aplikasi.
Maka imbangan aspek tingkah laku, tidak dapat dituliskan pada
kepala kolom. Penentuan angka yang menupjukkan banyaknya butir soal pada tiap
sel, ditentukan perbab.
Contoh:
Untuk
Bab 1, lngatan 60%, pemahaman 30%, untuk aplikasi 10%, maka:
1)
Sel A = 60% X 10 soal = 6 soal
2)
Sel B = 30% X 10 soal = 3 soal
3)
Sel C = 10% X 10 soal = 1 soal
Untuk
Bab 2, lngatan 20% Pemahaman 50%, untuk aplikasi 30%, maka;
1)
Sel D = 20% X 16 soal = 3 soal
2)
Sel E = 50% X 16 soal = 8 soal
3)
Sel F = 30% X 16 soal = 5 soal
Untuk
Bab 3, lngatan 20%. pemahaman 20%, untuk aplikasi 60%. maka:
1)
Sel G = 20% X 14 soal = 5 soal
2)
Sel H = 20% X 14 soal = 5 soal
3)
Sel I = 60% X 14 soal = 5
soal
Dengan pengetahuan 2 cara, atau
bahkan 3 cara, maka pada waktu akan membuat tabel spesifikasi pertama-tama
harus diadakan perkiraan (judgment) apakah materi-materi yang akan
diteskan merupakan materi yang homogen atau bukan.
Apabila tabel spesifikasi sudah jadi.
maka ini berarti bahwa guru sudah melakukan sesuatu tugas betul dan aman di
dalam rangkaian tugas menyusun tes. Penyusunan tes yang disertai dengan melalui
tabel spesifikasi dapat dijamin bahwa tesnya cukup mempunyai validitas isi dan
validitas tingkah laku.
Adakalanya guru memperoleh blmbingan
dalam menyusun soal tes. Agar Pembimbmgan dapat bellangsung Secara efektif
sebaiknya dalam mengisi sel-sel tabel spesifikasi, dltuhskan sekaligus unsur-unsur item bagi sel yang
bersangkutan, misalnya sebagai berikut:
Aspek yang Diungkap
|
||||
Pokok
materi
|
Ingatan
(I)
|
Pemahaman
(P)
|
Aplikasi
(A)
|
Jumlah
|
Bab 1
(25%)
|
(6)
1,2,6,7,8,10
|
(3)
3,4,9
|
(1)
5
|
10
|
Bab 2
(40%)
|
(3)
11,18,22
|
(8)
12,13,14,15,
19,20,23,24
|
(9)
16,17,21,
25,26
|
16
|
Bab 3
(35%)
|
(3)
27,32,26
|
(3)
28,33,37
|
(8)
29,30,31,34,
35,38,39,40
|
14
|
Jumlah
(100%)
|
12
|
14
|
14
|
40
|
Dengan dicantumkannya nomor-nomor
item tersebut pembimbing dapat menelusuri sesuatu rumusan item kembali pada
kisi-kisi. Misalnya, untuk item nomor 16 menurut, kehendak penulis soal, item
tersebut mengukur aplikasi. Oleh pembimbing ditelaah rumusan kalimat dan
isinya. Sangat mungkin ternyata item tersebut hanya mengungkap ingatan saja.
Memang demikianlah menurut pengalaman penulis buku ini dalam memberikan
bimbingan kepada para guru maupun mahasiswa. Paling mudah adalah membuat item
yang mengukur aspek ingatan.
Pada waktu ini ada kecenderungan di dalam dunia pendidikan tidak
menggunakan pendekatan aspek-aspek ini lagi tetapi “indikator". Kecenderungan
baru tersebut tidak berarti menyalahkan yang lama, tetapi menyempurnakannya.
Demikianlah perkcmbangan ilmu pengetahuan, selalu mencari kesempurnaan.
Pendekatan dengan “indikat0r" tidak jauh berbeda dengan pendekatan
"aspek". Dalam kesempatan lain akan dimasukkan juga ke dalam buku
Dua langkah lagi sebagai tindak
lanjut sesudah menyusun tabel spesifikasi untuk memperoleh seperangkat soal
tes. Dua langkah tersebut adalah: menentukan bentuk soal dan menuliskan
snal-soal tes.
a. Menentukan Bentuk Soal
Dalam pengalaman yang diperoleh
sehari-hari dapat diketahui adanya bermacam-macam bentuk soal tes, dengan
kebaikan dan keburukan masing-masing. Dengan keterangan tentang bagaimana cara
mengatasi keburukan atau kekurangan tiap bentuk, maka kita dapat mengambil
berbagai bentuk.
Ada dua hal yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan bentuk soal. yaitu:
1) waktu yang tersedia,
2) sifat materi yang dites.
Sebagai pertimbangan menentukan
bentuk soal sehubungan dengan waktu yang tersedia adalah bahwa soal bentuk betul-salah
membutuhkan waktu lebih singkat daripada isian atau pilihan ganda. Bentuk
menjodohkan adalah bentuk yang memerlukan waktu banyak untuk menyelesaikan.
Yang perlu mendapat perhatian adalah soal bentuk uraian. Soal bentuk ini paling
banyak memakan waktu walaupun maslh perlu diperinci lagi bahwa soal yang
menghendaki siswa untuk menguraikan, tentu saja lebih banyak memakan waktu
dibandingkan dcngan pertanyaan "mengapa."
Sifat materi, sangat menentukan
bentuk soal tes pula. Adakalanya scbuah pokok materi tidak dapat diukur dengan
soal bentuk pilihan ganda karena sukar dicarikan alternatif yang hamplr sama
Materi yang berisikan fakta-fakta.
lebih mudah dibuatkan alat pengukur
bentuk isian singkat. Materi-materi yang yang dapat diukur dengan soal bentuk
menjodohkan.
Perlu diingat lagi keuntungan dan
kerugian dalam menggunakan soal bentuk objektifdan bentuk uraian, untuk
menentukan bentuk soal ini.
Sebelum kita menentukan bentuk soal
tes, terlebih dahulu kita harus sudah mengetahui berapa lama alokasi waktu yang
disediakan untuk mengerjakan tes. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan alokasi waktu tes adalah:
1)
Untuk tes formatif dari bahan diselesaikan dalam waktu 4-5 kali
pertemuan (@ 45 menit) kira-kira
memerlukan 15-20 menit, sedangkan untuk pelajaran yang berlangsung selama 1 jam
pelajaran memerlukan waktu kira-kira 5-10 menit.
2)
Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan soal bentuk objektif
pilihan ganda kira-kira1/2 -1 menit untuk setiap butir tes (untuk pilihan ganda
sederhana benar-salah barangkali dapat lebih singkat).
3)
Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan soal bentuk uraian
tergantung dari berapa lama siswa harus berpikir dan menuliskan jawaban.
Untuk menentukan bentuk soal
ditinjau dari segi aspek berpikir adalah sebagai berikut:
1)
Mendaftar fakta-fakta, istilah, definisi yang terdapat dalam
seluruh materi yang diajarkan. Kita ketahui bahwa fakta dan sebagainya ini
berhubungan dengan aspek ingatan.
2)
Mendaftar setiap konsep (pengertian) yang tercakup dalam
seluruh materi.
Konsep ini diukur penguasaannya berdasarkan aspek pemahaman siswa.
3)
Mencari hubungan antara dua atau beberapa konsep yang ada. Hubungan
konsep ini
berhubungan dengan aspek pemahaman tetapim dapat juga aplikasi.
4)
Mempertentangkan konsep-konsep, menggeneralisasikan, dan
menghubungkankonsep dengan masalah kehidupan sehari-hari. Hal ini berhubungan
dengan aspek aplikasi.
5)
Memilih hubungan antara beberapa konsep dalam penerapan kedalam
permasalahan yang Iebih Iuas. Kasus permasalahan yang luas dapat
diangkat sebagai pokok untuk menyusun soal bentuk analisis,sintesis, atau
evaluasi.
Yang baru saja diterangkan adalah bentuk-bentuk soal ditinjau dari aspek
yang diukur.
Untuk menentukan bentuk soal
ditinjau dari segi konstruksi soal, yaitu bentuk objektif dan uraian, maka
dapat dilakukan sebagai berikut:
1)
Memilih fakta-fakta tunggal seperti: tahun, nama, atau isti!ah.
Hal-hal seperti ini merupakan bagian yang paling tepat untuk dijadikan butir
soal bentuk benar-salah (B-S) ataupun isian singkat.
2)
Hubungan konsep-konsep yang berupa klasifikasi dan diferensiasi ditentukan
untuk membuat soal bentuk pilihan ganda (multiple choice). Definisi atau
hubungan sebab-akibat, merupakan bahan yang dapat diuji dengan bentuk
benar-salah, pilihan ganda ataupun hubungan antarhal (dua pernyataan yang
dihubunglfan dengan kata “sebab").
3)
Memilih konsep-konsep yang agak kompleks sifatnya, untuk dijadikan
soal bentuk uraian.
Dengan pertimbangan butir soal
ditinjau dari aspek yang diukur dan bentuknya, kita akan tahu bahwa antara
keduanya terdapat perkaitan. Bentuk "Hubungan Antarhal" tidak tepat
digunakan untuk mengukur aspek ingatan, tetapi aspek pemahaman ke atas
b. Menuliskan Soal-Soal Tes
Langkah terakhir dari penyusunan tes
adalah menuliskan soal-soal tes (item writing). Walaupun tampaknya tinggal satu langkah,akan
tetapi langkah ini merupakan langkah penting karena kegaoalan dalam hal ini dapat berakibat
fatal. Hal-hal yang harus diperhatikan :
1)
Bahasanya harus sederhana dan mudah dipahami. Perlu diingat sekali
lagi bahwa kesalahan dalam memilih kalimat dapat berakibat tidak validnya
sebuah tes. Untuk mengukur pencapaian atau prestasi belajar : faktor bahasa
tidak boleh menjadikan hambatan penyelesaian soal.
2)
Suatu soal tidak boleh mengandung penafsiran ganda atau
membingungkan.
3)
Cara memenggal kalimat atau meletakkan/menata kata-kataperlu
diperhatikan agar tidak ditafsirkan salah. Dalam Matematika misalnya, penulisan pangkat maupun
indeks harus diusahakan pada tempat yang semestinya.
4)
Petunjuk mengerjakan. Walaupun kadang-kadang siswa sudah biasa melihat bentuk-bentuk soal yang dijumpai,
namun petunjuk mengerjakan tiap kelompok soal merupakan hal yang penting dan
tidak boleh diabaikan. Petunjuk ini harus dituliskan sedemikian rupa sehingga
jelas, dan siswa tidak bekerja menyimpang dari yang dikehendaki oleh guru.
Catatan:
Untuk memperoleh sebuah tes yang
terstandar, harus dilakukan uji coba (tryout) berkali-kali sehingga
diperoleh soal-soal yang baik. Dengan mengadakan uji coba terhadap soal-soal
tes yang sudah disusun. paling tidak dapat ditarik manfaat-manfaat sebagai
berikut:
1) Pengalaman menggunakan tes tersebut.
2) Mengetahui kesukaran bahasa.
3) Mengetahui variasi jawaban siswa.
4) Mengetahui waktu yang dibutuhkan
5) Dan lain-lain kesulitan.
Uji coba yang sesungguhnya dilakukan
oleh para penyusun tes terstandar sehingga kondisi bagi tes tersebut sudah
diketahui dengan pasti. Hal ini tidak berarti bahwa bagi guru tidak
dimungkinkan melaksanakan uji coba. Sebetulnya kondisi tes yang menyangkut
keadaan siswa dan suasan akelas sudah dikenal oleh guru. terutama oleh guru
yang mengajar suatu tingkat kelas berturut-turut beberapa tahun.
Masukan siswa yang dihadapi sudah
dikenal. Rata-rata kepandaian anak sudah dapat diperkirakan sebelumnya.
Guru yang baik selalu akan
meningkatkan mutu tes yang digunakan.Oleh karena menyusun tes itu sukar maka
mereka disarankan untuk mengumpulkan soa!-soal tesnya, dan disertai dengan
catatan-catatan mengenai butir-butir mana yang terlalu mudah, terlalu sukar,
atau membingungkan. Dengan cara demikian maka keterampilan guru dalam menyusun
tes akan meningkat, dan akan diperoleh sekumpulan tes yang mutunya bukan lagi
yang paling bawah.
Tes merupakan suatu alat untuk
mengukur sesuatu. Alat ukur tersebut dengan sendirinya harus sedemikian
keadaannya sehingga memberikan gambaran hasil seperti yang diharapkan.
Evaluasi selalu harus sejalan dengan
materi yang diajarkan. Di sekolah dasar banyak hal-hal yang bersifat hafalan
yang diajarkan. Di sekolah Ianjutan tingkat pertama, lebih banyak pemahaman
dibandingkan hafalannya. Di sekolah lanjutan tingkatatas beralih ke hal-hal
yang sifatnya analitik-sintetik dan problematik. lni semua berakibat pada
aspek-aspek evaluasinya, yaitu bahwa makin ke tingkat atas pendidikannya, aspek
yang diukur mengarah ke kognitif tingkat tinggi. studi memiliki sifat dan
karakteristik
Berhubung setiap bidang studi
memiliki karakter sendiri-sendiri maka persentase yang menggambarkan aspek yang
diungkap tidak mungkin diseragamkan. Berikut ini disajikan satu tabel yang
menggambarkan alokasi persen setiap aspek untuk berbagai bidang studi.
Contoh ini diambl dari Pedoman Penyusunan Tes
Sumatif di Proyek Perintis Sekolah Pembangunan. Yang mungkin saja dapat
dijadikan pedoman dalam menyusun tes yang sejenis.
KOMPOSISI ASPEK YANG DIUNGKAP DALAM MENYUSUN TES SUMATIF UNTUK TIAP
BIDANG STUDI
(dalam 100%)
Aspek
yang diungkap
Pokok Materi
|
Ingatan
(%)
|
Pemahaman
(%)
|
Aplikasi
(%)
|
Jumlah
(100%)
|
|
MATEMATIKA
|
SD
|
50
|
30
|
20
|
100
|
SMP
|
40
|
30
|
30
|
100
|
|
SMA
|
40
|
30
|
30
|
100
|
|
ILMU
PENGETAHUAN
|
SD
|
60
|
30
|
10
|
100
|
SMP
|
50
|
35
|
15
|
100
|
|
SMA
|
40
|
40
|
20
|
100
|
|
PENDIDIKAN
MORAL PANCASILA
|
SD
|
60
|
25
|
15
|
100
|
SMP
|
50
|
35
|
20
|
100
|
|
SMA
|
40
|
35
|
25
|
100
|
|
ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL
|
SD
|
65
|
25
|
10
|
100
|
SMP
|
55
|
30
|
15
|
100
|
|
SMA
|
45
|
35
|
20
|
100
|
|
BAHASA
INGGRIS *)
|
SMP
|
25
|
50
|
25
|
100
|
SMA
|
25
|
50
|
25
|
100
|
|
BAHASA
INDONESIA
|
SD
|
40
|
35
|
25
|
100
|
SMP
|
25
|
40
|
35
|
100
|
|
SMA
|
20
|
50
|
30
|
100
|
*) Untuk Bahasa Inggris
a. catatan yang dimaksud dengan “ingatan”
adalah vocabulary idiomatic expression.
b. pemahaman adalah structure
dan comprehension
c. Aplikasi adalah kemampuan menjawab pertanyaan dalam bentuk essay
dan kemampuan translation
SUMBER :
Arikunto Suharsimi,
2008, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jilid II Jakarta:
Bumi Aksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar